Jumat, 18 Desember 2009

ROHNYA MATEMATIKA

Saya akan berbagi sedikit tentang masa lalu saya yang berkaitan dengan matematika, semoga ini bermanfaat untuk pembaca yang budiman. Saya terlahir dari keluarga dusun yang hidupnya pas-pasan pada tanggal 30 Maret 1978. Sejak kecil terbisaa dengan kehidupan yang sederhana, atau mungkin kekurangan, saya tidak bisa membedakan antara keduanya saat itu. Bermain di sawah, rawa, atau kebun adalah hal yang sudah bisaa, karena begitulah umumnya anak desa. Pekerjaan menyabit rumput untuk pakan ternak, mencari kayu bakar di perkebunan karet atau mencari siput (keong) di rawa untuk makanan itik sudah menjadi hal yang lumrah dilakukan.

Pendidikan terendah yang saya enyam adalah SD, sehingga pada awal masuk sampai kelas 3 belum bisa membaca, mungkin saya anak bodoh yah…. sehingga 3 tahun belajar tidak juga bisa hehehehe. Pada saat duduk Di bangku SD saya sangat asing dengan yang namanya les, privat atau yang lainnya karena tidak ada di desa. Kegiatan belajar hampir seluruhnya hanya di sekolah. Sehingga inilah yang menyebabkan Karyanto kecil sangat buta dengan matematika. Sejak dari kelas 4 saya sudah mulai kesulitan untuk mengikuti kegiatan pembelajaran, matematika sudah mulai memusingkan kepala saya. Hal ini terus berlanjut sampai di jenjang perguruan tinggi.

Oh, ya saya lupa, tadi saya cerita SD tiba-tiba sudah sampai perguruan tinggi. OK kita lanjut ceritanya. Setelah lulus SD saya lanjut ke SMP, di sini pun matematika tidak beda jauh dengan di SD malah semakin memusingkan kepala, tapi alhamdulilah berkat ketekunan belajar bisa juga lulus tuh SMP. Pembaca ingin tahu berapa nilai ujian nasional matematika saya waktu itu? Nilainya hanya 6.

Pada saat lulus SMP ingin sekali rasanya melanjutkan ke sekolah yang tidak mengajarkan “MATEMATIKA”. Akhirnya jatuh pilihan untuk bersekolah di SMK mengambil jurusan Bangunan Gedung, karena saya beranggapan di SMK tidak di ajarkan matematika. Namun apa yang terjadi adalah di luar dugaan, ternyata semua pelajaran kejuruan isinya adalah menghitung dan matematika juga tetap ada. Wah bisa Anda bayangkan perasaan saya terhadap matematika saat itu, yaitu semakin bingung yang tidak ada ujungnya. Nilai matematika saya saat kelulusan tidak beda dengan nilai yang di capai saat SMP yaitu 6.

Setelah lulus SMK, melanjutkan studi di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta mengambil Jurusan Teknik Sipil Program Diploma sesuai dengan basik yang telah dimiliki yaitu SMK jurusan Bangunan Gedung dan tidak bisa memilih program yang lain. Nasib yang saya alami saat di bangku kuliah terulang kembali persis seperti di SMK, tetap sulit mempelajari matematika.

Lulus dari UGM tidak bekerja pada kontraktor atau pada bidang Sipil, tapi memilih terjun di dunia pendidikan dan mengajar matematika di MA (Madrasah Aliyah), kenapa ini terjadi? Karena saya sangat penasaran dengan matematika, kenapa sih begitu sulit untuk di pelajari, sehingga hampir 12 tahun belajar matematika tidak juga bisa. Dari kegiatan pembelajaran yang saya lakukan di kelas itulah, sedikit demi sedikit saya bisa membuka rahasia dimana letak sulitnya matematika, dan alhamdulilah saya bisa menemukan kunci atau rohnya matematika. Menurut pendapat saya kuncinya matematika adalah materi yang kita terima pada saat di bangku Sekolah Dasar, materi apakah itu?.... pembaca ingin tahu? Materi itu adalah penjumlahan, perkalian dan pembagian. Jika kita benar-benar menguasai prinsip, sifat-sifat, dan hubungan yang dimiliki oleh ketiga operasi tersebut, maka matematika akan menjadi sangat menyenangkan untuk di jadikan teman bermain. Itu sudah saya buktikan loh, ini tidak ngecap.

Setelah saya tahu intisari dari matematika adalah ketiga operasi tersebut, kemudian saya membuktikannya dengan melanjutkan kuliah di Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Siliwangi Tasikmalaya. Hasilnya adalah sangat menyenangkan, hampir semua materi yang ada hubungannya dengan perhitungan bisa saya terima dengan baik dan hasilnya cukup memuaskan. Dahulu materi non eksak sangat saya sukai, namun setelah tahu prinsip dari matematika, kini berbalik, saya lebih suka materi eksak dibandingkan dengan non eksak. Alhamdulilah saya bisa lulus tepat waktu dengan IPK yang memuaskan 3,46.

Inilah sekilas, kisah perjuangan panjang saya untuk bisa mengenal matematika, yaitu 12 tahun lamanya. Pesan saya, karena anda telah membaca kisah saya, maka jangan ulangi kesalahan yang telah saya lakukan, kuasai 3 prinsip utama matematika tersebut. Untuk teman-teman guru SD, bimbinglah para siswa dengan sabar supaya meraka bisa benar-benar menguasi rohnya matematika. Saya yakin jika mereka mampu, maka matematika bisa menjadi teman yang sangat baik bagi mereka. Jadikan matematika sebagai pelajaran yang di senangi bukan sebaliknya. HIDUP GURU-GURU SD, MATEMATIKA BERGANTUNG DI TANGANMU.

Tidak ada komentar: